Sabtu, 18 Juli 2015

Sesi Pertama Mentorship Global Shapers Fellowship


Pada 19 Juni 2015 lalu saya akhirnya saya berkesempatan untuk melakukan sesi pertama mentorship Global Shapers Fellowship. Mungkin pertama dibahas dulu ya, apa itu Global Shapers Fellowship. Singkatnya Global Shapers Fellowship atau GSF adalah suatu mentorship program untuk mahasiswa/i yang berdomisili di Jabodetabek dan Bandung. Tiap anak akan dipasangkan dengan satu mentor yang ia pilih dan selama enam bulan ke depan mereka akan dibimbing oleh mentor tersebut. Para mentor berasal dari Global Shapers Jakarta Hub, salah satu inisiatif yang dibentuk oleh World Economic Forum dan tersebar di berbagai belahan dunia salah satunya Indonesia.

      Saya beruntung terpilih dari sekitar 160 mahasiswa setelah melewati seleksi aplikasi dan interview. Mentor saya adalah Jourdan Hussein, seorang profesional yang memiliki pengalaman di UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan). Kak Jourdan merupakan lulusan Banchelor of Art (BA) dari Wesleyan University serta meraih gelar Master of Public Policy (MPP) dari Oxford Blavatnik School of Government. Ia sudah diterima di Stanford Graduate School of Business (salah satu sekolah dengan program MBA terbaik di dunia yang terkenal sangat selektif, rate of acceptance-nya lebih rendah dari Harvard Business School) dan beberapa bulan ke depan akan memulai studinya di sana.
          
      Karena pada saat itu Kak Jourdan masih berada di Inggris, sesi pertama ini kita lakukan lewat skype. Sebenarnya saya sendiri juga ragu bakal dapat kesempatan face to face dalam 6 bulan ke depan karena kesibukan beliau, hehe. OK, intinya kali ini kita hanya melakukan identifikasi berbagai hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang saya. Dari sini juga saya mulai melihat kelemahan dan kelebihan yang selama ini saya punya tapi kurang saya perhatikan.
          
      Dimulai dari potensi, mimpi, dan prestasi. Dari dialog antara kita berdua, akhirnya saya menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang senang berbagi. Sebagai buktinya saya bergabung dengan Masyarakat Relawan Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT). Bergabungnya saya dengan ACT, salah satu Non-Government Organization (NGO) terbesar di Indonesia yang berfokus pada bidang kemanusiaan merupakan cara saya berbagi dengan sesama. Sebagai jurnalis volunteer di sana saya berbagi melalui tulisan. Saya juga pernah melakukan penggalangan dana kecil-kecilan (masih lewat ACT) yang nantinya akan disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sayangnya fakta yang satu ini tidak saya sampaikan kemarin.

         Saya juga merasa diri saya analitis dan mampu bekerja dalam tim. Hal tersebut dibuktikan oleh program magang tiga bulan di Kantor Pusat Bank Muamalat Indonesia dari desember sampai februari lalu. Kala itu saya harus bekerja sama dengan beberapa mahasiswa lain untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan pada kami, salah satu yang paling berat adalah meng-handle Branch Managers Bank Muamalat dari seluruh wilayah di Indonesia. Bulan puasa tahun 2014 lalu saya juga sempat magang di Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Bekasi. Di sini saya lebih banyak mengurus masalah administrasi. Saya dituntut untuk memikirkan cara menyelesaikan tugas yang banyak sendirian dalam waktu yang singkat. Namun itu saja masih sangat kurang sehingga saya berencana untuk lebih banyak berpartisipasi dalam kepanitiaan forum/event nasional maupun internasional sebelum masuk dunia kerja. Ada banyak event besar yang akan diadakan agustus sampai oktober nanti, aplikasi pun sudah saya kirim. Tujuannya tidak lain adalah untuk lebih mengasah leadership dan team work skill.

           Saya juga merasa bahasa Inggris saya termasuk baik. Tapi bukti yang ada kurang mendukung, sebab score TOEFL saya tahun 2011 lalu (tahun terarkhir saya mengambil tes TOEFL) walaupun lulus tidak jauh dari angka 450. Usaha yang sudah saya lakukan untuk ini adalah mengikuti kursus conversation english di lembaga kursus ENTER selama 2 bulan (sekarang sudah selesai). Dari situ saya merasa kepercayaan diri saya dalam berbicara bahasa Inggris bertambah, namun belum cukup bagus untuk disebut profesional. Jadi, langkah selanjutnya adalah mengambil kursus conversation dan academic writing di tempat lain agustus nanti (sudah fix tempatnya di mana), bergabung dengan English Debate Club, serta tes TOEFL ulang 30 Juli 2015 nanti (edit : ternyata yang saya ambil EPT, bukan TOEFL. Dan karena ada pengunduran tes, saya belum sempat lihat hasilnya). Score minimal yang saya ingin capai adalah 600 (karena merupakan syarat mutlak untuk diterima di sekolah yang ingin saya tuju), kalau bisa di atas 633 (teman saya berhasil mencapai score 633, saya jadi merasa tertantang untuk mengalahkan dia, hehe).

         Ledaership skill saya ternyata lebih meprihatinkan. Saya belum pernah memegang posisi leader dalam suatu organisasi (terhitung saat sesi mentorship pertama Juni kemarin). Namun mulai bulan Juli ini, saya terpilih sebagai Campus Ambassador yang menghubungkan UIN Jakarta dan YouthsToday.com (Klik di sini untuk cari tahu lebih lanjut mengenai YouthsToday.com). Saya memiliki partner dari jurusan Hubungan Internasional, dan bersama-sama kami memiliki misi untuk mencari minimal 10 orang peserta untuk berpartisipasi dalam The ASIA Youth Awards 2015 yang diselenggarakan oleh YouthsToday.com serta membimbing mereka sampai kompetisi selesai. Ada beberapa program dalam beberapa bulan ke depan yang ingin saya gabung untuk melatih sisi leadership agar lebih baik lagi.

       Mimpi saya adalah membantu negara menyelesaikan banyaknya permasalahan yang masih melanda dan membantu lebih banyak orang. Terdengar klise ya, hehe. Saat ditanya prestasi, sebenarnya saya agak minder karena sejauh ini saya belum pernah menjuarai kompetisi-kompetisi setingkat nasional, apalagi internasional. Tapi akhirnya saya punya juga sesuatu untuk “disebutkan”. Saya sempat menjadi juara dua seleksi pertama beasiswa DIPA jurusan IPS se-Jawa Barat. Seleksi pertama berupa tes mata pelajaran sementara yang kedua berhubungan dengan masalah administrasi. Di sinilah saya gagal. Saya juga sering juara kelas dan menjadi juara seangkatan dari jurusan IPS semasa SMA (Ini lupa saya sebutkan). Sempat saya tekankan juga bahwa tulisan saya (berupa cerpen) pernah dimuat di majalah remaja. Intinya skill menulis saya nggak jelek-jelek amatlah.

        Kemudian Kak Jourdan bertanya public figure yang sangat ingin saya temui. Spontan saya menjawab Sri Mulyani Indrawati dan Prof. Yohanes Surya. Saya memang sudah lama kagum pada sosok Sri Mulyani. Beliau memang terkenal karena keberhasilannya bergabung dengan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Group. Yang agak memalukan adalah saat ditanya “Kamu tahu nggak Bu Sri Mulyani sedang di Indonesia sekarang?”. Sejujurnya saya sama sekali nggak tahu. Seusai sesi itu saya coba cari sumber-sumber seperti twitter atau fanpage facebook yang memungkinkan saya untuk mendapatkan update jadwal Bu Sri Mulyani tapi hasilnya nihil.

Prof. Yohanes Surya memang nggak ada kaitannya sama sekali dengan bidang yang saya geluti. Tapi saya sempat hadir dalam program Super Mentor-nya Dino Patti Djalal, di mana beliau datang dan menceritakan pengalamannya mengajar anak-anak Papua. Di situ saya sangat merasa terinspirasi dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih berguna bagi lebih banyak orang.

         Sebelumnya saya sudah diminta memikirkan sekolah lanjutan yang ingin dituju (kalau mau lanjut). Berdasarkan riset singkat yang saya lakukan di internet, sekolah yang terkenal memiliki program MPP yang bagus adalah Goldman School of Public Policy UC-Berkeley dan Harvard Kennedy School of Government. Nggak tanggung-tanggung ya targetnya, hehe. Ujung-ujungnya kalau nggak diterima ya ambil Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Konsentrasi Keuangan dan Perbankan di UI (itu juga kalau diterima). Setelah mengeluhkan keterbatasan sumber, Kak Jourdan menyarankan saya untuk membuka beberapa situs yang dapat membantu pencarian saya, yakni Times Higher Education Ranking, The Guardian, The Economist Rank, dan Shanghai Jiatong Rank. Dapatlah beberapa nama sekolah seperti London School of Economics and Political Science (LSE), Oxford Blavatnik School of Government (tempat Kak Jourdan menyandang gelar MPP), Science Po di Paris, serta Heartie School di Berlin.

            Kak Jourdan bilang saya perlu pengalaman kerja sebelum lanjut S2. Hal tersebut sebenarnya memang sudah saya rencanakan. Oleh karena ingin menjadikan public policy sebagai karir masa depan, saya berharap dapat segera bergelut di bidang tersebut setelah lulus. Public policy yang saya maksud di sini adalah yang fokusnya moneter dan keuangan seperti Kementrian Keuangan, Bank Indonesia (BI), atau (ujung-ujungnya) Bank Syariah untuk sementara. Pengetahuan mengenai profesi yang saya inginkan sangat minim. Sejauh ini yang terpikir adalah researcher, marketing, dan dosen setelah menyandang gelar master. Namun kemudian Kak Jourdan menyanggah bahwa saya butuh S3 untuk jadi dosen. Saya memang belum terpikir sampai sejauh itu. Seusai sesi saya langsung cari-cari info jalur masuk BI di internet dan menginterogasi senior yang pernah magang di sana.

          Sebelum mengakhiri sesi, saya diberi kesempatan untuk tanya-tanya. Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah persepsi Kak Jourdan tentang bank syariah. Ternyata komentarnya positif. Ketahanan bank syariah terhadap krisis 1997 dan 2008 membuktikan bahwa perhatian terhadap sektor ini memanglah perlu. FYI, kakak beliau adalah orang BI bagian Bank Syariah yang merupakan lulusan International Islamic University Malaysia (IIUM) dan Durham University. Saya cukup kaget waktu beliau bilang kakaknya (yang sampai saat ini masih saya cari tahu namanya) pernah masuk UIN namun keluar sebelum selesai dan memutuskan untuk pindah ke IIUM karena dirasa kurang bagus. Katanya ia bisa membantu saya bertemu dan berdialog dengan kakaknya bila sudah siap dengan pertanyaan lengkap, sebab beliau orang sibuk.

        Saya sempat tanya kenapa Kak Jourdan mengambil program MPP dan MBA karena jelas keduanya benar-benar berbeda. Ternyata ia sama sekali tidak berminat untuk lanjut ke pemerintahan, MPP ia gunakan untuk melatih cara berpikir. Sedangkan MBA karena ingin mencapai financial freedom dulu. Kenapa Stanford GSB, dan bukan Harvard Business School (HBS)? Menurutnya anak-anak di Stanford lebih chill, nggak seperti (lulusan) Harvard yang (walaupun nggak semua) agak-agak sombong. Lokasi yang dekat dengan Sillicon Valley juga menjadi alasan. Selain itu Stanford GSB punya program khusus yang mempelajari NGO (Kak Jourdan merupakan kontributor di Sabang Merauke).


           Akhirnya sesi ditutup karena sudah masuk waktu buka puasa di Indonesia. Sejujurnya selama sesi saya masih agak kaku-kaku gitu, haha. Terimakasih banyak Kak Jourdan Hussein atas sharing-nya yang sangat bermanfaat. Beberapa hari kemudian saya pergi ke Gramedia untuk membeli karton besar, tempat saya mencoret-coret target selama beberapa tahun ke depan. Benar-benar dapat lebih banyak gambaran dari sini. Nggak sabar untuk sesi selanjutnya! :)

Jumat, 03 Juli 2015

FAQ Seputar The Asia Youth Awards 2015

Apa itu The ASIA Youth Awards 2015?

The ASIA Youth Awards 2015 (TAYA 2015) adalah penghargaan internasional bagi anak-anak muda yang memiliki kepercayaan diri dan kemauan untuk berbagi dan saling menginspirasi.

Siapa yang menyelenggarakan TAYA 2015?

TAYA 2015 diselenggarakan oleh YouthsToday.com. YouthsToday.com adalah suatu start-up yang didirikan pada tahun 2013 di Malaysia.  Tujuannya adalah mempertemukan anak-anak muda yang memiliki ide dan para profesional, kemudian mewujudkannya menjadi suatu event atau proyek. Tahun ini YouthsToday.com mulai berekspansi lain dengan menyelenggarakan TAYA 2015 yang pesertanya berasal dari negara-negara lain di Asia, termasuk Indonesia.

Siapakah pendiri YouthsToday.com?

Pendiri YouthsToday.com adalah seorang Jazz Tan, seorang socio-preneur asal Malaysia.

Penghargaan apa saja yang sudah diterima oleh YouthsToday.com?

  • Best Start Up to Sillicon Valley, USA Stanford Program Achiever 2014
  • Most Prestigious Start Up - ASEAN Entrepreneurship Award 2014
  • MCMC ANT Award by Prime Minister of Malaysia 2014
  • British Council and GAB Best Social Business - Entrepreneurs for Good 2013
Siapa yang bisa mengikuti TAYA 2015?

Semua mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Mahasiswa universitas lain dapat mendaftar dengan menghubungi Campus Ambassador-nya masing-masing).

Apakah ada syarat lain untuk mendaftar TAYA 2015? IPK minimum? Aktif di organisasi?

Tidak. Semua mahasiswa aktif dapat mendaftar TAYA 2015.

Apakah ada ketentuan maksimum berapa jumlah peserta dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? Saya takut kuota sudah penuh.

Sejauh ini tidak ada. Jadi jangan menunda-nunda untuk mendaftar :)

Apakah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ingin berpartisipasi akan diseleksi terlebih dahulu?

Tidak. Semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendaftar dapat berpartisipasi dalam TAYA 2015 dan mengirimkan idenya.

Apakah universitas lain di Indonesia juga berpartisipasi dalam TAYA 2015?

Ya. Universitas lain baik perguruan tinggi negeri maupun swasta juga mengirimkan sedikitnya 10 peserta dengan 10 ide yang berbeda-beda.

Apakah ada biaya pendaftaran?

Tidak. TAYA 2015 tidak memungut biaya sama sekali.

Apa keuntungan yang saya dapatkan dengan mendaftar TAYA 2015?

  • Sertifikat level internasional untuk semua yang berpartisipasi dalam TAYA 2015.
  • Berhak menghadiri The Awards Night di Malaysia pada 18 Oktober 2015 dan seluruh biaya akomodasi ditanggung oleh YouthsToday.com.
  • USD1000 cash sponsorship untuk pemenang dengan ide terbaik.
Bagaimana timeline TAYA 2015?

  • 1 Juli - 20 Juli : Pendaftaran
  • 1 Agustus - 7 Agustus : Submit ide event di website YouthsToday.com
  • 7 Agustus - 31 Agustus : Mengajak teman-teman untuk mensupport ide kamu dengan cara register di event yang kamu buat.
  • 31 Agustus : Penilaian dari juri.
  • 7 September : Pengunguman pemenang dengan ide terbaik yang akan mewakili Indonesia dan menghadiri The Awards Night di Malaysia, 18 Oktober 2015,
  • 18 Oktober : The Awards Night.
Ide seperti apa yang dimaksud?

Ide berupa event dengan tema "Connecting ASIA with Internet 2015" untuk diaplikasikan sebagai pelengkap pada Youth Jam Internet Festival pada 18 Oktober 2015 di Mayalsia nanti (Klik di sini untuk melihat Youth Jam Internet Festival). Ide yang terpilih akan mendapatkan kesempatan untuk diimplementasikan dengan bantuan sponsorship 1000 USD. Buat sekreatif mungkin dengan gambar atau kata-kata agar terlihat menarik.

Bagaimana formatnya? Apakah seperti essai?

Bukan. Formatnya seperti advertising event. Contoh-contoh format event dapat dilihat pada website http://youthstoday.com . Website tersebut mengharuskan kamu untuk sign up terlebih dahulu untuk melihat event-event yang tersedia. Sign up di sini terlebih dahulu.

Apakah ide yang disubmit dapat dikerjakan dalam satu tim berisi beberapa orang atau perindividu?

Harus perindividu.

Apa maksudnya "mengajak teman-teman untuk mensupport ide kamu" yang harus dilakukan tanggal 7 Agustus - 31 Agustus ?

Minta teman-temanmu berpartisipasi dengan mengklik "register" pada event kamu. Voting ini masuk kriteria penilaian, yakni 20%.

Apa saja kriteria penilaian lainnya?

40% : Kreativitas
40% : Kemampuan menginspirasi pembaca untuk berpartisipasi dalam event kamu.
20% : Voting.

Apakah ide event yang disubmit harus dalam bahasa Inggris? Bolehkan saya menulis dalam bahasa lain, misal bahasa Arab atau bahasa Prancis, kemudian saya lampirkan terjemahannya dalam bahasa Indonesia?

Tidak. Semua ide event yang disubmit di YouthsToday.com  harus dan hanya dalam bahasa Inggris.

Bagaimana cara mendaftar?

Registrasi dengan mengisi formulir di sini.  Daftar sekarang karena waktu registrasi sangat singkat. Setelah mendaftar, kamu akan mendapatkan email konfirmasi bahwa kamu telah terdaftar beserta dokumen berisi detail TAYA 2015 dan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya. Jadi terus cek email kamu.

Punya pertanyaan lebih lanjut?

Silakan hubungi YouthsToday.com Campus Ambassador UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 087883530721 (Sabrina) or 085920567558 (Marina).

Terimakasih!